Mengenai penyakit hati yang pertama, yaitu syubhat dan keraguan, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Di dalam hati mereka terdapat penyakit, maka Allah menambah sakit mereka.” (TQS. Al-Baqarah: 10). Allah juga berfirman, “Dan agar orang-orang yang di hati mereka ada penyakit serta orang-orang kafir berkata, ‘Apa yang dikehendaki oleh Allah dengan perumpamaan ini?’.” (TQS. Al-Muddatstsir: 31).
Allah juga berfirman tentang orang-orang yang diajak untuk berhukum kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, lantas menolak, “Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukum (mengadili) diantara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut jika kalau Allah dan Rasul-Nya berlaku zhalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (TQS. An-Nuur: 48-50).
Ayat-ayat diatas berkaitan dengan penyakit syubhat dan keraguan. Penyakit hati yang harus kita hindari.
Kemudian mengenai penyakit hati yang kedua, syahwat, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya…” (TQS. Al-Ahzab: 32).
Di dalam buku ini juga diberikan beberapa solusi untuk mengobati penyakit hati, yaitu:
1. Ghodhdhul Bashor (Menahan Pandangan)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Katakan kepada orang-orang lelaki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka’.” (TQS. An-Nuur: 30).
Barangsiapa yang melanggar perintah ini, niscaya ia akan terjerumus kepada dosa besar, yaitu zina.
2. Mencintai Orang-orang Mukmin
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah salah seorang dari kalian beriman, sehingga ia mencintai untuk saudaranya seperti apa yang dicintainya untuk dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih).
Barangsiapa yang melanggar perintah ini, ia akan memendam penyakit iri dan dengki kepada orang lain.
3. Mengikuti Teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Apapun yang dibawa oleh Rasul kepada kalian, maka ambillah, sedangkan apa yang dilarangnya, maka hentikanlah!” (TQS. Al-Hasyr: 7).
Orang-orang yang mengatakan bahwa perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah ketinggalan zaman, merupakan perkataan orang-orang yang punya penyakit hati, yaitu syubhat dan keraguan. Perkataan ini juga menunjukkan ketidakridhaan kepada hukum-hukum dan ketetapan-ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala.
0 comments:
Tulis komentar Anda di sini ... !